Jika Benar Melon Dikeroyok Tiga Kandidat Lain

in #politic7 years ago

image

Apa jadinya jika Yusri Melon dan pasangannya 'dikeroyok' tiga kandidat Bupati dan Wakil Bupati Pidie Jaya? Kalau duel fisik, Melon dan (Kolonel) Saifullah pasti keok. Aiyub Abbas mantan kombatan, biarpun gaya jalan beliau lemah gemulai.

Yusuf Usman atau Sop Kreh Kroh, penampakannya untuk Pidie Jaya jadi ikonik saat ini. Entah karena falisitas Facebook yang menyediakan beragam bentuk wajah sesuai profesi. Yang jelas 'gaya wajah brewok ala Sop Kreh Kroh' kerap berseliweran di dinding Facebook.

Kemudian ada Yusuf Ibrahim, mantan wakil bupati pertama Pidie Jaya. Beliau guru SD yang juga mantan kombatan. Beliau dikenal tegas. Korban yang masih diingat warga Meureudu, Meurah Dua, Ulim, dan Trienggadeng saat ia memutasikan Ramli, guru SMAN 1 Meureudu, ke sebuah SMP di Kecamatan Bandar Baru.

image

Kemudian ada Anwar Ishak, wakil Sop Kreh Kroh dan Teungku Muhibuddin Husein, anak seorang ulama yang memiliki jabatan dalam kepengurusan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) kala konflik. Meskipun berbadan ramping, beliau kandidat termuda dari bupati dan wakil bupati yang maju kali ini.

Belum lagi ada Said Mulyadi yang berbadan sehat alias tidak gemuk dan tidak kurus. Orang yang memiliki postur seperti itu patut diwaspadai. Ditambah kemampuan berbicara yang mumpuni, walaupun kemampuan fisik tidak selalu berbanding lurus dengan kemampuan intelektual, satu dari sepuluh politisi tidak hanya memiliki otak yang jempolan, tapi juga tubuh yang bugar.

Nah, itu kalau dikeroyok fisik. Kalau sebaliknya, benar-benar dikeroyok secara politik. Artinya, kecuali Melon, tapi nomor 2, 3, dan 4 adalah satu tim, apa yang terjadi? Andaikata ada argumen begini: dua pasangan jalur independen, kabarnya tak cukup e-KTP. Nah, bagaimana cara mereka agar kedua pasangan ini memiliki e-KTP yang cukup sebagai salah satu syarat maju jalur independen.

Andaikata yang kedua. Benarkah dua pasangan independen bukan kandidat bayangan untuk memecahkan suara Melon? Coba ditinjau ke lapangan, benarkah dua pasangan ini memiliki sejumlah posko pemenangan. Adakah mereka memiliki timses dan mengadakan sejumlah rapat konsolidasi di sejumlah wilayah?

Jika memang indikasi ini dapat ditemukan, saya yakin, dua pasangan jalur independen, hanya tim bayangan. Mengingat siapa Kreh Kroh dan siapa Teungku Muhibuddin, keluarga besar Partai Aceh patut diandaikan sebagai kolaborator. Saya sangsi dua pasangan ini afiliasi dengan Melon untuk memecahkan suara ASLi. Saya yakin malah sebaliknya.

image

Jika Benar Dugaan Saya

Jika benar dugaan saya, saya yakin Melon kali ini juga akan keok seperti dua periode lalu. Politik halal yang digagas Melon tidak sesuai dengan politik halal Tu Sop,misalnya. Tu Sop yang dikenal sebagai seorang ulama, yang setahun lewat ikut bursa bupati Bireuen mengatakan jika timses dikumpulkan dan setiap timses diberikan uang minum, uang rokok, dan uang minyak maka itu bukan money politik. Politik uang atau politik haram bagi Tubuh Sop, yang diberikan kepada pemilik suara.

Tapi saya ragu, politik uang dalam definisi hukum negara sama dengan pendapat Tu Sop. Uang serangan fajar maupun uang konsolidasi timses saat kampanye juga dapat dikatakan money politik. Sebab uang dipergunakan sebagai penarik minat para pemilih. Namun, di sisi lain, jika tidak sebagaimana yang disampaikan Tu Sop: membolehkan bagi-bagi uang saat konsolidasi, maka siapapun takkan mau ikut konsolidasi tim pemenangan. Karenanya, kandidat dipastikan harus mengeluarkan sejumlah biaya. Baik atribut peraga kampanye (APK), minum, makan, sewa mobil untuk timses dan lain sebagainya.

Jadi, menurutmu siapa pemenangnya? Pendapat saya jelas incumbent. Mereka tidak mau terjebak dengan istilah positif semacam Pilkada Halal, namun yang sebenarnya terjadi di kancah politik adalah proses perpindahan uang. Mereka punya tim yang kuat. Partai Aceh akan maksimal yang mempertahankan dominasi politiknya di Aceh. Sebab jika Aiyub Abbas kalah Pilkada Pidie Jaya, kekalahan mereka tidak hanya di Pidie Jaya, tapi juga seluruh Aceh.

27 Februari 2018