Kadangkala kami bertanya, mengapa sebuah lagu dilipsing? Mengapa bukan penyanyi aslinya saja yang berperan di video klip? Apakah menyangkut wajah dan hal-hal komersial? Atau bisa jadi ini tentang kepercayaan diri pelantun lagu tersebut saat berada di depan kamera?
Sudah sangat biasa lipsing sangat merajalela di video-video klip. Di Aceh, khususnya, ini sudah merajalela. Model-model terpilih mengucapkan lirik dari lagu yang divideokan. Sementara seorang penyanyi berusaha maksimal di studio, tidak muncul di video. Mestinya video menjadi ruang memperkenalkan wajah sang pelantun. Sehingga orang-orang tahu bahwa pemilik suara tersebut adalah yang berada di video klip tersebut. Mungkin dia tidak berperan, tapi bisa sebagai pelantun saja.
Tentulah kita tidak bisa menghakimi sesiapa. Walaupun memang ada Home Production yang menuntut keindahan visual (baca: cantik atau tampan) untuk mendongkrak minat pasar. Terkadang memang ada penyanyi yang berwajah biasa saja namun punya suara seindah permata. Sebaliknya ada yang berwajah menawan namun suara alakadar. Jadilah mereka diberikan porsi sesuai kelebihannya.
Tidak salah memang. Juga sangat banyak sudah lipsing dilakukan. Yang jahat itu adalah ketika di bagian awal video atau di cover album yang dituliskan adalah nama model yang berperan menyanyikan lagu tersebut. Sementara seolah-olah nama pelantun asli dihilangkan. Jejak karya mereka disamarkan demi keuntungan pihak produksi.
Apache13 pernah merasakan fase ini. Tatkala pelantun asli lagu Meulati dan Meuneuba tidak bisa ikut serta dalam proyek video klip. Untuk menghargai dia dan suaranya, kami tidak membuat penyanyi lipsing. Melainkan video dibuat tanpa pengucapan lirik. Kami merasa harus menghargai pelantun asli. Selain itu, kami tidak mau menipu, tidak mau membuat orang lain mengambil keuntungan atas usaha awal yang sudah dilakukan penyanyi asli.
Memang bisa saja ada penyanyi yang minder di depan kamera, tidak punya waktu, terkendala berbagai hal dalam produksi video klip. Namun kami rasa mestinya dia tidak digantikan. Selalu ada cara. Kasihan para pelantun itu. Dia yang punya suara, orang lain yang punya nama.
Jika pun dia tidak bisa terlibat, janganlah sekali-kali namanya digantikan. Tulis nama mereka sebagai pelantun. Jangan buat nama pelipsing itu, padahal. Jika pun nama mereka ditulis, tetap sebagai pelipsing. Menurut kami, nama pelipsing harus lebih kecil. Sebab mereka adalah apresiator, bukan pelaku utama.