Dalam hidup ini, kita tidak hanya berbicara tentang boleh tidak boleh, tapi sering kali juga pantas dan tidak pantas. Dalam Islam, kepantasan ini punya kedudukan tinggi.
Shalat dengan kaos kutang sah dalam Islam, namun tidak layak. Sebagaimana Ibnu Abbas merasa tak pantas bersejajar shalat dengan Rasulullah meski Rasul sendiri yang memintanya.
Kepantasan dan kelayakan itulah namanya etika, dan etika ini yang menentukan tingkat kepahaman seseorang, dan juga menggambarkan ketinggian akhlaknya.
Misalnya, etikanya lebih pantas ulama yang didatangi penguasa, sebab bila ulama yang mendatangi penguasa biasanya banyak fitnah yang akan timbul pada dirinya.
"Pengusaha yang bermewah akan menginspirasi, tapi bila penguasa dan ulama yang bermewah, itu menyakiti. Sebab yang yang mereka pilih adalah jalan ilmu dan amanah."
perasaan manusia sulit menerima bila seseorang mengajarkan nilai mulia dan luhur, sementara dirinya sendiri bergelimang dunia, tamak dengan yang fana. Lebih lagi, manusia itu seharusnya punya tenggang tepa selira, ini tingkatan yang lebih tinggi dari simpati dan empati, yakni menganggap orang lainpun bagian dari kita.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.islampos.com/para-pengarah-yang-bermewah-88760/