Ayah: Tentang Didikan Seorang Sultan

in #life7 years ago

image

Orang-orang bilang saya adalah duplikat Ayah. Bukan hanya wajah dengan kumis bersambung, namun juga nada bicara, cara jalan, cara menatap, beberapa sifat dan cara bercanda. Sebagian hatiku bahagia, bagaimana pun Ayah adalah idola saya. Namun sebagian lagi saya merasa nyeri, setelah mendengar mitos bahwa anak lelaki yang menyerupai ayahnya akan membuat salah satu dari mereka akan cepat pergi.

Demi Allah, hingga Ayahku telah pulang ke riba cinta Dzat Mahakekal, ia tidak pernah memukul, bahkan tidak juga membentak kami meskipun sesekali kami telah melakukan kesalahan fatal. Atas sikap silap kami, tegur pertamanya adalah anggukan dalam diam dengan tatapan mata tajam dan kening dikerutkan. Jika tak mempan, ia akan menyatir kami dengan ucapan. Puncaknya, ia akan diam, tak lagi peduli dan tak menanggapi apa pun yang kami sampaikan.
image

Saya dan kedua adik benar-benar sudah terdidik dengan bahasa. Tidak perlu ditegur dengan kasar, cukup dengan tatapan dan gerak tak senang saja kami sudah paham. Ikhwal itu kemudian membuat kami bisa membaca apa yang Ayah inginkan. Raut wajah ayah bagi kami adalah ucapan. Matanya adalah kata-kata. Dan segala tentangnya adalah cinta.

Konon Umi pernah bersumpah juga ia tak pernah dimarahi Ayah, itu telah membuatnya begitu cinta. Melebihi cinta kami, anak-anaknya. Ayah benar-benar seorang Shah di hati kami. Sulit betul untuknya datang benci. Jika ia menyindir, berdesir darah kami. Meski kesalahan tidak seberapa, kami merasa sudah melakukan sebesar-besar dosa. Ayah mampu menjadi sultan yang tegas namun tetap tenang. Dia melarang kami tanpa kasar. Ia memuji kami dengan senyuman.
image

Ayah adalah ruang canda. Jika ia ada, kami berkumpul di dapur setiap malam selepas mengaji, lalu ia akan mengisahkan cerita-cerita tawa pada kami. Ia mendidik kami untuk terus menertawakan keadaan. Meyakinkan kami bahwa kekayaan tidak bisa dilihat dari jumlah harta, melainkan dari intensitas tawa. Darinya kami belajar, percuma banyak uang jika hati tak pernah tenang, hidup tak senang.

Jika harus mengenang, mestinya Ayah sudah berhasil membawa kami di ambang kejayaan seperti yang dimaknai banyak orang. Namun syurga terlanjur memanggilnya pulang. Kami tinggal dalam hati yang remuk kehilangan cinta dan tak berbentuk. Kesedihan kami tidak abadi. Ayah telah lebih dahulu mempersiapkan kami bekal berupa mimpi dan keyakinan. Tak lupa ia taburkan keberanian, kekuatan, dan peta jalan pulang. Ayah telah menang dalam perencanaan dan persiapan perjalanan panjang
image

Kelak, jika Allah izinkan, saya juga akan menjadi Ayah. Saya telah belajar tekun dari sekarang bagaimana kemudian bisa menjadi seorang Ayah yang dicintai dan mendidik anak-anak tanpa perlakuan kejam namun tetap di atas aturan. Saya ingin menjadi Ayah seperti Ayah saya yang Sultan.
image

Sort:  

good blog bro

Allahummaghfirlahu Warhamhu Wa'afihi Wa'fu'anhu... Semoga Allah Jadikan Kuburnya Taman dari Taman Syurga.. Amin

Amiiin ya Rabbana. Terima kasih, saudaraku @shofie.

Ayah adalah sumber inspirasi yang mendidik anak untuk mampu mengambil keputusan, ibu adalah tempat untuk berlindung dan berteduh yang selalu memberikan kenyamanan dan rasa percaya diri.

Keduanya telah menjadi cinta yang besar untuk kita, mbak.

Amin, beubagah jeut keu Ayah @gulistan. Kisah yang menyentuh, teumoe lon kubaca... teringat Ayahku

Amiiin ya Rabbana. Beujeut keu doa, abang @abuarkan. Mubahgia keu tanyoe mandum.

Nah!!!
Beginilah seharusnya menyanjung orang tua kita sendiri. Bukannya malah buka aib ortu di steemit atau sosmed!

Ie cah qe

Nyang buka aib ureung chik mungken teutop mata hate. Handeuh ikalon gaseh sayang ureung chik jih. Icah cit ke.

Mirip bgt

Actually, Ayah saya lebih keren. Ahahhaa

Kalau dilihat dari sorot mata, Ayah lebih tajam. Dan kalau kubaca baca sepintas karakternya seperti almarhum ayahku, tak banyak omong. Di masa lalu, dengan geureuhem ayah saja aku bisa menetes air mata hahahaa

Mata ayah tegas, mata saya penuh amarah, Han.
Beruntunglah kita yang dididik dengan laku bahasa.

Allahummaghfirlahu Warhamhu, semoga nyo watee masa troeh geutanyo ka tawoe mandum keudeh bak Po, beu geu pesapat ngen Ayah di Surga yang kekal. Aaamiiiin...

Amiiiin ya Rabbana.
Lon nyang bek meurumpok ngon kah sagai, Ras ideh di syurga. Hana ek kudeungo kameukat pomade ideh. Ahahhahahhaa

Like Father Like Son,
Tidak bisa dipungkiri orang tua adalah madrasah pertama bagi anak, oleh karena itu segala tingkah polah, tutur kata orang tua akan melekat dan menjadi inspirasi bagi sang anak.
Teurimong geunaseh syedara loen,
Semoga kita menjadi amal jariyah bagi para orang tua.

Saban sama, syedara lon. Beu Allah bri syurga keu ureung chik tanyoe. Amiiin

Walau tak memakai kacamata, mata saya jadi berkaca-kaca pada potongan kalimat ini

Ayah telah menang dalam perencanaan dan persiapan perjalanan panjang.

Allahummaghfirlahu, warhamhu wa'afihi, wa'fu 'anhu.

Semoga yang terbaik limpah bagi orang tua kita, @betterperson.

oma teuh @gulistan pah sedih lon.karna tingat ke ayah lon...telah lon buka... tapi bereh supaya nagt tingat ke ayah maseng maseng

ayah adalah sumber insfirasi dan panutan bagi sang anak dan semoga kita semua menjadi anak yang saleh dan berbakti kepada ke 2 orang tua,,amin..

Gagah bg za allahumafirlahu

Sangat inspiratif penuh makna dan mendalam. Ruang batinku terisi dengan ceritamu. Kapan2 suatu hari akan berguru. Bukan saja pada syair apache13 tapi pada gaya hidupmu bro @gulistan

aduhai, biar terlambat mengomentari namun nilai nilai hidup dari ayahlah yang sering kali hilang untuk penerusnya, pernah satu kawan dekat menangis tanpa airmata ketika dia tidak menemukan sesuatu untuk diceritakan perihal yang luarbiasa tentang ayahnya.
Sungguh aku bersusah payah untuk memberi sudut pandang baru tentang sosok laki laki yang dia cintai namun tak berkesan, sampai kami saling bantah, menertawakan hidup mencoba menghapus luka. Bersyukurlah @gulistan, Ayahanda mu luar biasa, semoga adinda juga tidak pernah lupa mengirimkan bait bait doa doa buat ayahanda tercinta.

Insyaaallah sabe lam doa, abang.