Hai Stemian.
Kali ini saya akan bercerita sebuah perjalanan yang kami lakukan di Kabupaten Aceh Jaya salah satu Kabupaten yang rusak parah diterjang gelombang Tsunami 2004 silam. Kini Kabupaten tersebut telah bangkit dan bersolek dengan wajah baru yang membuat kita kagum siapa saja melihatnya. Baik Masyarakatnya yang ramah dan objek wisata yang terbilang keren.
Minggu tanggal 11 Maret 2018, saya dan sahabat saya Ricky Manaf melakukan sebuah perjalanan panjang dari Blangpidie dimana daerah asal kami. bertolak dari Blangpidie ke Aceh Jaya membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam dengan perjalanan darat.
Ceuraceu Embon, begitulah nama yang disebutkan oleh masyarakat setempat, salah satu objek wisata Air Terjun (curug) yang terletak di lembah Krueng Teunom tepatnya di Desa Alue Jang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. kami berkelompok dengan jumlah 17 orang yang masing- masing dari kami berasal dari Kabupaten Abdya, Nagan Raya dan Meulaboh dengan dibantu seorang Tour Guide yang berasal dari Aceh Jaya.
Perjalanan kami dimulai dari Desa Alue Jang Teunom dengan menaiki 2 Fiber boat, masing- masing fiber boat bermuatan 10 orang. "Kita akan melewati Krueng Teunom selama 1 jam" kata tour guide nya. 1 jam perjalanan boat memang sangat menguras tenaga, serta berpacu dengan teriknya matahari siang kala itu.
Terdengar jelas derasnya gemuruh jeuram, pemandangan elok tebing yang memanjakan mata "Kayak di Phuket Thailand ya" cetus seorang kawan yang sedari tadi wajahnya pucat pasi diterpa arus jeuram yang gila- gilaan. satu demi satu fiber boat melewati arus jeuram yang menggulung bebatuan membuat seluruh penumpang boat adrenalinnya terpacu. masih terlihat jelas dalam pandangan, sejuk menyentuh airnya yang jernih kekuningan. melebur menjadi suatu keindahan yang dinikmati oleh mata. terdengar mengalun gemuruh suara boat dan percikan air yang nyaris mengenai wajah.
Bak gesekan bunyi biola saat airnya bersentuhan dengan tebing- tebing batu, arus jeuram yang mengalir membelah bebatuan yang membuat sedikit jantung kami berdegub kencang. sesekali terdengar suara zikir bersahutan di gendang telingga dikala boat kami mati di tengah perjalanan.
Perjalanan yang awalnya dijadwalkan selama 1 jam, menjadi 1 jam lebih untuk bisa sampai di lokasi Air Terjun Ceuraceu Embun. akhirnya kami sampai di lokasi dimana Ceuraceu embun itu berada. Gemuruh suara percikan air bak musik orkresta memenuhi gendang telingga, terpampang jelas bersembunyi di balik pepohan yang menjulang tinggi. "Kita akan menaiki tebing agar bisa sampai di Ceuraceu Embon" Jawab Tour Guide nya. satu pesan yang paling penting yang kami dapatkan "jangan terlalu ria jika sudah berada di lokasi, kita juga wajib menjaga alam" kata seorang pemandu bertubuh tegap.
Kami langsung mengambil ancang - ancang untuk menaiki tebing yang tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 10 meter perjalanan gunung kami telah disungguhi dengan gemuruh air yang jatuh dari ketinggian itu. tepat didepan mata, air terjun Ceuraceu embon jatuh bak permadani yang membelah tebing batu, airnya yang jernih dan dingin membuat kami sedikit mengigil.
Speechless.. itulah kata pertama dibenak saya saat berada di lokasi tersebut. Maha Karya dari Semesta yang begitu indah yang patut untuk kita syukuri dan kita jaga untuk anak cucu kita nantinya.