“Udara dingin menusuk sampai ke tulang tulang. Bagi masyarakat disini sudah terbiasa. Lain halnya dengan orang yang berasal dari luar sana. Udara dingin terkadang mengasyikkan dan juga menyiksa. Iya mengasyikkan bagi yang terbiasa hidup di kondisi cuaca panas dan bisa berdingin-dingin merupakan suatu anugerah. Disisi lain karena tidak terbiasa dengan cuaca dingin, siap siaplah dengan jaket yang tebal supaya badan terus hangat “
Begitulah setidaknya yang saya rasakan saat ngecamp di Dataran Tinggi Gayo. Tanohnya penghasil kopi yang dikenal dunia yang arabicanya.
Tanoh yang dikarunia Allah SWT memiliki keindahan alam yang mempesona siapa saja yang melihatnya. Tanoh dimana tari saman yang membuat mata dunia takjub dan tercengang itu berasal.
Saya akui, Dataran Tinggi Gayo memang mempesona. Senang rasanya bisa lama lama berada di daerah yang masih banyak pohonnya. Senang bisa sebebasnya menghirup udara pagi yang bersih.
Senang bisa melihat awan kabut saat pagi menjelma dibalik bukit yang menjulang tinggi. Senang bisa berada diatas awan seperti orang bilang bahwa Dataran tinggi Gayo itu berada di atas awan.
Dan masih banyak kesenangan lainnya yang tidak mungkin saya tuliskan semuanya disini.
Camping yang diadakan oleh beberapa komunitas di Kota takengon itu membuat saya bisa menikmati panorama alam Gayo di malam hari. Saya memang sudah beberapa kali ke Gayo, tapi belum pernah merasai suasana malam hari disana.
Camping dengan tajuk 100 Tenda itu sebagai cara memperkenal Gayo di tingkat nasional, bahkan ke mata dunia. Berusaha mengatakan kepada dunia bahwa ada secuil tanah surga di dataran penghasil kopi ini. Ada suatu kekhasan yang tidak dapat ditemukan di daerah lain.
Dengan mengambil tempat di pinggiran Danau Lut Tawar, serasa camping tersebut semakin lengkap saja. Peserta dengan leluasa bisa menikmati panorama Lut Tawar dari Tenda yang mereka dirikan.
Ditemani pula dengan dengan segelas kopi Gayo. Dingin nya Kota dingin Takengon terhangatkan dengan panorama alam negeri ditas awan ini.
Suasana malam hari di tempat camping sungguh menyuguhkan panorama yang sesungguhnya di Dataran Tinggi Gayo. Dari kejauhan nampak Kota Takengon dengan lampu lampu yang menerangi sudut kota.
Dinginnya malam membuat siapa saja betah berlama-lama didepan api unggun. Langit malam itu memang tidak ada bintang. Nampak akan turun hujan, tapi tak turun jua.
Sayup sayup terdengar petikan gitar dengan tembang kenangan mengiringinya. Lagu dangdut tahun 80an seakan menyatu dengan suasana hati dan suasana malam itu.
Seakan malam itu pagi lama sekali akan datang. Menunggu pagi sambil menghayati arti kehidupan. Api unggun, kopi Gayo, sebatang Dji Sam Soe turut ambil bagian dalam sebuah penantian itu.
Di Kota Takengon Memiliki beberapa tempat untuk menikmati keindahan kota terbesar di Dataran Tinggi Gayo itu. Yang familiar saat ini adalah Pantan Terong. Pantan terong yang Berada di ketinggian diatas 1000 Mdpl lebih seakan kota Takengon bisa digenggam dengan tangan dari sini.
Ditambah dengan cekungan besar yang penuh dengan air di pinggiran kota seakan antara kota Takengon dan Danau Lut Tawar dua hal yang bisa dipisahkan. Dari pantan terong kita akan takjub dengan karunia Allah terhadap Dataran Tinggi Gayo.
Selain di pantan terong, panorama Kota Takengon bisa juga dinikmati di Bur Gayo. Dari sini panorama yang dihadirkan juga tidak kalah dengan yang di pantan terong. Jika dari Kota kita bisa melihat diatas sebuah sebuah bukit dengan tulisan “Gayo High Land, Tanoh Gayo”.
Masih banyak juga tempat lain yang mungkin saya sendiri tidak tau. Menjelajah Gayo dan Kota Takengon tak cukup dengan satu hari saja. Tidak hanya menyimpan satu dua keindahan. Sejuta keindahan yang dimiliki Gayo siap untuk dinikmati dan tetap harus dijaga kelestariannya.
Tulisan ini memang tidak mengungkap sejuta keindahan yang memiliki Gayo. Namun setidaknya sudah ada satu dari sejuta keindahan yang dimiliki Gayo. Juga sudah mewakili perasaan saya tentang Gayo dan keindahannya..[]
Salam,
@enjoyaceh