Hallo, Stemian, kali ini saya hadir untuk sharing tentang kepenulisan. Namun, mungkin lebih khusus hanya dalam penulisan sebuah naskah cerita saja. Naskah cerita, banyak sekali ditemukan di sekitar kita. Seperti; Novel, cerpen, cermin, fikmin. Dll.
Nah, semua model penulisan cerita di atas, termasuk dalam dua jenis tulisan. Yaitu, Fiksi dan Faksi. Penulisan Fiksi itu berarti naskah yang hampir seluruh isi ceritanya merupakan imajinasi, dibut-buat, dan diada-adakan. Kalau Faksi itu berarti naskah memiliki dua sisi, dalam naskah ceritanya terdapat sebagian realita dan sebagiannya lagi imajinasi yang tujuannya sebagai pemanis cerita.
Ok, setelah dulu saya sempat sharing tentang bagaimana cara membentuk sebuah cerita secara garis besar, kali ini saya akan sharing poin-poin penting yang perlu diperhatikan dalam menyajikan sebuah cerita.
Poin-poinnya saya akan sharing secara bertahap. Karena tidak akan muat dalam satu postingan saja. Nah, siap siap, ya, untuk terus menyimak bagi yang membutuhkan. Beberapa tips yang akan saya sajikan ini sesuai dengan pengalaman dan hasil membaca dari beberapa sumber yang saya cari dan temukan. Bagi teman-teman yang merasa tips yang saya akan bagikan ini agak keliru atau lain hal, silakan protes di kolom komentar sambil membawa bukti. Kita sharing bersama-sama.
Ok tak perlu berlama-lama langsung saja kali ini yang akan saya bahas adalah POV.
POV (Point of View)
POV atau yang sering kita kenal dengan sebutan sudut pandang sangat penting diperhatikan dalam pembuatan sebuah cerita.
Ada beberapa opsi POV. Namun, yang lebih umum dipakai dalam karakter utama adalah POV 1 (Aku) dan POV 3 (Dia). Karena karakter utama merupakan ujung tombak dalam mengayun sebuah cerita. Jadi sangat perlu untuk diperhatikan. Nah, setelah kita mendapatkan premis, kita akan tentukan POV-nya.
Misal, karakter utamanya seorang perempuan/laki-laki anak sekolahan. Nah, kita harus menimbang lebih enak memakai POV 1 atau POV 3. Seandainya kita menulis cerita pribadi yang bahkan karakter utamanya adalah kita sendiri, apabila lebih enak menyamarkan sebuah karakter dengan memakai POV 3 itu sah sah saja. Sebenarnya itu tergantung kebijakan dan kenyamanan penulis.
Contoh POV 1
Namaku adalah Zahrana. Orang lain sering menyebutku wanita pemalas. Jujur, itu membuat muak sekali. Sebenarnya aku bukan pemalas. Hanya saja, hati ini tak menginginkan selalu diatur-atur, apalagi masalah pendidikan. Aku memiliki minat yang memang bertentangan dengan prinsip keluarga terutama ayah.
Nah, ini contoh cerita yang memakai POV 1. Di sini, karakter utama seakan mengobrol langsung dengan pembaca. Si tokoh seakan curhat dan meluapkan segala keluh kesah, bahagia, sedih, dan lain sebagainya itu langsung kepada pembaca. Hanya saja, POV satu sedikit kaku, karena terbatas dalam menyampaikan semua hal tentang orang lain. Misal keadan hati orang lain atau tokoh pembantu dalam cerita. Kecuali, melmpirkan beberapa deskripsi.
Misal;
Aku mempunyai tetangga yang sangat bawel. Hati terdalam si tetangga itu sangat benci kepadaku, dia begitu dendam dan jengkel apabila mendengar namaku. Terbukti, dia selalu membicarakan kejelekanku pada orang lain. Namun, aku tak tahu sebabnya.
Nah, pernyataan di atas, tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Ini harus dikupas. Misal, Di beberapa adegan harus terbukti si tetangganya itu benar benci atau tidak, memiliki hati dendam atau tidak, dan penyebab dia bawel itu karena apa, dan lain sebagainya. Karena si tokoh aku ini tidak mungkin mengetahui isi hati seseorang apabila hanya sekedar perasangka belaka.
Contoh POV 3
Namanya adalah Zahrana. Orang lain sering menyebutnya wanita pemalas. Itu membuat dia muak sekali. Sebenarnya dia bukan pemalas. Hanya saja, hatinya tak menginginkan selalu diatur-atur, apalagi masalah pendidikan. Dia memiliki minat yang memang bertentangan dengan prinsip keluarga terutama ayahnya.
Nah, untuk POV 3 ini seakan-akan penulis yang langsung ngobrol dengan pembaca. Penulis seakan menceritakan sesuatu hal yang banyak kepada pembaca lewat buku atau lain sebagainya.
Untuk POV 3 Ada juga yang bisa serba tahu. Misal, tahu isi hati beberapa karakter, pikiran dan segala rencanya dengan detail. Karena POV 3, si pencerita itu seperti dalang yang memainkan beberapa peran di luar cerita. Kalo POV 1 itu seperti si tokoh utama berperan sekaligus bercerita secara langsung dengan semua kisah-kisahnya.
POV 3 juga ada juga yang terbatas. Itu sesuai dengan pemikiran dan kebijakan penulis terhadap isi cerita yang akan disajikan.
Ok cukup sekian dulu. Jangan lupa simak terus lanjutannya.
Apabila ada yang keliru, mari kita diskusikan bersama di kolom komentar dan saling berbagi pengetahuan serta pemahaman.
Terima kasih.
Wah tambah keren aja nih :)
Terima kasih banyak @gethachan :-D
Masama :)
Terima kasih @mrohmat sharingnya :)
Terima kasih kembali, Teh @cicisw :-D