Aura Kampung di Taiwan

Mencoba mengajak pasien yang aku rawat untuk menelusuri jalan ke arah perkebunan. Mencari kakeknya uang mempunyai hobi bercocok tanam. Ketika aku melihat bunga ini entah namanya apa aku langsung mengabadikannya.

Ada warna ungunya salah satu warna kesukaan. Elegance. Dan teringat bahwa hal sederhana ini pun bisa menjadi bahan tulisan di Steemit.

Ini salah satu rumah yang ada di dekat perkebunan. Seperti tidak berpenghuni. Tapi kondisi, pondasi dan lingkungan sekitar yang tumbuh bambu dan rumput liar ditambah suara binatang kecil lainnya membuatku seolah terlempar ke kampung halaman.

Di kota Touyuan inilah aku bekerja. Di balik hiruk pikuk jalanan, berdiri kokoh bangunan perumahan, apartment dan pusat perbelanjaan, ada tempat yang begitu kuno, biasa, sederhana. Beginilah orang Taiwan dulu tinggal. Kebanyakan rumah-rumah biasa dengan batu bata ini dihuni oleh orang tua. Dan kebanyakan orang muda mencari tempat tinggal yang dekat keramaian kecuali mereka yang memilih tinggal atau berkewajiban merawat orang tuanya.

Di Taiwan anak laki-laki paling diutamakan karena mereka yang wajib nerawat orang tuanya kelak. Maksud wajib semua kebutuhan di masa tua orang tuanya si anak laki-laki yang bertanggung jawab. Walau sudah menikah sekalipun, sebenarnya sama halnya dengan Islam bahwa anak laki-laki sampai kapan pun surganya adalah ibu. Dan di sini anak wanita jika sudah menikah lalu ikut suami seolah orang luar. Itu yang aku ketahui dari cerita bosku. Apalagi sebagian aku melihat sendiri bagaimana pendapat anak laki-laki yang lebih di dengar darpada anak perempuan.

Sama halnya pasien yang aku rawat ini, dia cucu laki-laki satu-satunya yang bermarga sama dengan nenek kakeknya, maka dia pewaris keluarga. Meski nenek mempunyai cucu laki-laki lainnya tapi sudah bermarga beda sebab dari anak perempuan nenek.

Ini sebagian ladang yang ditanami oleh penduduk sekitar. Tanah ini milik pemerintah dan diizinkan untuk ditanami sayuran dan buah-buahan. Nenek dan kakek senang melakukan aktifitas ini meski setelah pulang dari ladang nenek akan selalu mengeluh kaki dan badannya sakit. Tapi ketika dinasehati untuk tidak pergi dia tetep bersikeras melakukannya. Katanya jika tidak menanam sayur tidak ada yang dimakan. Dia bilang tanamannya tidak mengandung obat tidak seperti kebanyakan sayuran di pedagang.

Pernyataan ini sering membuatnya berdebat dengan anak-anaknya. Mereka berpikir bahwa anak-anak tidak memberinya maka . Padahal jika pun tidak menanam sayuran sendiri bos bisa belanja, apalagi dekat pasar.

Nenek memang sangat rajin membuat sayuran yang diawetkan. Mentimum kecil, lobak putih, sayur yang diasinkan dan lainnya.

Menurutku meski lelah dan badan sakit semua. Orang tua di sini mencari kegiatan untuk mengisi masa tuanya, mencari kesibukan agar tidak bosan dan termasuk salah satu olahraga. Tidak bermalas-malasan. Orang Taiwan rata-rata pekerja keras, di rumah sakit kebanyakan orang tua dan orang berkebutuhan khusus masih diizinkan bekerja. Sesuai kemampuan mereka. Selama tidak sakit mereka tetap bekerja.

Bunga ini terlihat seperti sakura bukan? Sayangnya kelopak tidak penuh pada setiap tangkainya. Tapi bagiku tetap ada keindahan yang ia persembahkan untuk netra.

Semoga kita pun tidak menjadi pemalas. Apa yang ada di sini bisa dijadikan pelajaran.

Selamat menikmati hari ini, Kawan.

Taiwan.
Note: All photo taken by me using a Samsung J5

salam aksara senja dari Formosa

 

---

Posted from my blog with SteemPress : http://ucizahra.epizy.com/2018/10/18/aura-kampung-di-taiwan/

---