When I no longer write poetry with beautiful words,
at that very moment the symphony I am listening to you through my movements,
the pace of my step that goes in that direction, in the direction we all agree on,
where the slip of the sun to the shimmering mega.
I know you like my work more than prose and poetry. But my footsteps must sound sweet in your ears.
Sound of my breath as soft as the violin friction that melody goes along with my heart rhythm.
Someday I will come back to hear you some verses of words, which tell us about us.
Which will lure your cheeks to blush again,
remember the story we wrote together.
Ketika aku tak lagi menulis puisi
Ketika aku tak lagi menulis puisi dengan kata-kata indah,
di saat itu pula simfoni tengah kuperdengarkan padamu melalui gerak-gerikku,
derap langkahku yang menuju ke arah itu, ke arah yang kita sepakati bersama,
tempat tergelincirnya matahari hingga berkilaunya mega.
Akupun tahu, kau lebih meunyukai upayaku dibanding prosa dan puisi. Namun derap langkahku pasti terdengar merdu di telingamu.
Helaan nafasku selembut gesekan biola yang melodinya berjalan seiring dengan ritma jantungku.
Suatu saat nanti aku akan kembali memperdengarkanmu beberapa bait kata-kata, yang bercerita tentang kita.
Yang akan memancing pipimu untuk kembali merona,
mengenang kisah yang kita tulis bersama.