Pengolahan Garam Tradisional di Pesisir Laut Jangka
Jangka - Bu Ariana adalah seorang wanita pembuat garam di desa Jangka Alue Bi Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Beliau sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak. Bu Ariana sudah menjalankan bisnisnya selama kurang lebih 10 tahun. "setelah orang tua saya meninggal, saya melanjutkan pekerjaan mereka dan alhamdulillah kurang lebih sudah 10 tahun saya mencari rezeki dengan membuat garam", ungkapnya (10/4). Penghasilan yang didapatkannya dari pembuatan garam tersebut bisa dibilang tidak menentu. "kadang perharinya bisa mencapai Rp.930.000 dengan modal bibit garam Rp.600.000 dan kayu bakar Rp.80.000", ungkap Bu Ariana(10/4). Garam yang dihasilkan perharinya bis mencapai 4 sampai 5 karung.
Proses pembuatan garam secara tradisional ada dua cara, yaitu dengan metode penguapan dengan sinar matahari di tambak – tambak garam dan dengan cara teknik perebusan (garam rebus). Untuk proses pembuatan garam dengan metode perebusan yang tradisional biasanya pertama kali yaitu dengan menggunakan garam yang masih kasar yang sudah jadi lalu dilarutkan dengan air, setelah air sudah tercampur dan garam sudah terlarut air tersebut biasanya difilter (disaring) agar air jernih, setelah melalui proses penyaringan air tersebut direbus dengan menggunakan bara api sekitar 3 – 4 jam bahkan lebih, setelah itu jadilah garam rebus.
Perbedaan garam rebus dengan pembuatan garam yang mengunakan teknik penguapan panas matahari ialah jika garam rebus hasilnya lebih halus sedangkan garam dengan menggunakan pemanasan matahari akan lebih kasar (Kristal garam).
Namun, pada dasarnya teknik pembuatan garam itu berdasarkan hasil penguapan dari air laut baik dengan menggunakan cara direbus ataupun dengan penguapan sinar matahari.
inilah yang dapat saya jelaskan diatas,saya harap dapat berguna dan jadi inspirasi bagi kita semuanya,terimakasih yang sudah mengunjungi postingan saya,nantikan postingan saya selanjutnya.
Shy but Vicious