Tentang Berahi, Khayal, dan Takhayul
Postingan sahabat kita semua, @razack-pulo, tadi malam berjudul "Rahasia Laila # 1: Jingkrak Kuda di Langit" telah menginspirasi saya untuk membuat catatan kecil tentang kekeliruan berbahasa berikut ini yang kerap terjadi tanpa kita sadari.
Jingkrak Kuda di Langit:Saya cuplik nukilan Bung @razack-pulo berikut ini dari...
Barangkali ini malam yang tepat menyatakan lagi rinduku padamu, Laila. Setelah sekian lama aku tak merangkai sebait kata pun kepadamu. Tahukah engkau, enam minggu lalu saat di Bengkulu, seolah aku melihatmu di langit Pantai Panjang, di sore yang benderang. Kala itu, langit tampak biru-keemasan menjelang ia hanyut dalam mimpi-mimpinya. Awan gemawan yang menyangganya berpola serupa kuda, dan ya aku merasakan kehadiranmu saat engkau sibuk kendalikan “kuda-kuda itu”. Mereka berjingkrak, tampak liar tapi mereka kegirangan, penuh hawa nafsu dan birahi.
Seolah-olah tak ada kata yang salah dalam paragraf panjang yang puitis itu. Tapi bagi rekan yang jeli, pastilah akan menemukan satu kata yang salah tulis pada teks di atas.
Kekeliruan itu semakin nyata ketika rekan kita lainnya, Bung @jkfarza, mengomentari postingan @razack-pulo sbb:
Mereka, para cules Itu berjingkrak, bersorak pembohong, wajah mereka kegirangan, penuh nafsu, hawa nafsu dan birahi, gol demi gol disarangkan Messi ke gawang Madridi.
Kata apa sebetulnya yang konsisten salah dalam postingan @razack-pulo maupun komentar @jkfarza di atas?
Ya, jawabnya adalah kata birahi!
Kata ini bukanlah bentuk yang baku. Bentuk bakunya justru berahi. Saya tak salahkan Dokter Razack dan Advokat Jkfarza ketika salah menulis berahi. Saya pun pernah salah tulis tujuh tahun lalu. Itu karena, terlalu percaya pada senior saya di media dan lagi pula dia seorang sastrawan. Sering kali dia perdengarkan kepada kami di kantor satu frasa yakni 'birahi politik' terkait teman-teman jurnalis yang kemudian meninggalkan profesinya, lalu beralih jadi caleg atau cabup. "Ya, biarlah mereka beralih profesi, karena birahi politik mereka lebih besar dibanding birahi jurnalistiknya," begitu mantan senior saya di kantor pernah berucap.
Sama seperti si pengucap kalimat itu, maupun Bung Razack Pulo dan Jkfarza, saya pun mengira kata birahi itu sudahlah tepat. Tapi tujuh tahun lalu saat membolak-balik KBBI edisi IV tahulah saya bahkan kata yang benar untuk itu adalah berahi, bukan berahi. Maknanya adalah sangat suka; sangat tertarik; atau perasaan cinta yang muncul antara dua orang yang berlainan jenis kelamin.
Saya kemudian lega ketika KBBI edisi V versi daring diluncurkan, di sana dimuat versi kata baku birahi adalah berahi.
Tapi saat tujuh tahun berselang saya mendapati dua steemian kelas atas masih menggunakan kata birahi, saya merasa terpanggil untuk mengoreksinya. Semoga tak ada yang tersinggung dan kehilangan berahi terhadap ulasan saya ini.
Nah, terinspirasi dari kejadian di atas, berikut ini saya sertakan daftar kata yang paling sering ditulis salah oleh pengguna bahasa Indonesia berdasarkan amatan saya selama 28 tahun jadi wartawan dan 25 tahun menjadi editor di sebuah surat kabar di Aceh. Ini dia:
aliyah, seharusnya aliah
anda, seharusnya Anda (sapaan langsung)
bahulak atau bahuela, seharusnya baheula
bludak, seharusnya beludak atau membeludak
bronjong, seharusnya beronjong
cengkeh, seharusnya cengkih
di buka, seharusnya dibuka
Papan amaran mitigasi bencana di Jalan Tgk Daud Beureueh, Banda Aceh. (Kata dibuka tertulis salah, di buka)
Dzat, seharusnya Zat (untuk Tuhan)
fadhilah, seharusnya fadilat
fikir, seharusnya pikir
hadits atau hadist, seharusnya hadis
hapal, seharusnya hafal
hayal, seharusnya khayal
horison, seharusnya horizon
horisontal, seharusnya horizontal
ijin, seharusnya izin
ilmuan, seharusnya ilmuwan
ilahi, seharusnya Ilahi
Ilahiat, seharusnya ilahiah
Islami, seharusnya islami
jadual, seharusnya jadwal
jahannam, seharusnya jahanam
jaman, seharusnya zaman
jerigen, seharusnya jeriken
kadaluarsa, seharusnya kedaluwarsa
kaffah, seharusnya kafah
khasanah, seharusnya khazanah
klas, seharusnya kelas
ke-Aceh-an, seharusnya keacehan
ke-Indonesia-an, seharusnya keindonesiaan
kelender, seharusnya kalender
kwitansi, seharusnya kuitansi
magazin, magazine, seharusnya magasin
nafas, seharusnya napas
nahkoda, seharusnya nakhoda
obyek, seharusnya objek
otentik, seharusnya autentik
otobiografi, seharusnya autobiografi
plat, seharusnya pelat
projek, seharusnya proyek
sekedar, seharusnya sekadar
sertipikat, seharusnya sertifikat
standarisasi, seharusnya standardisasi
subyek, seharusnya subjek
tahta, seharusnya takhta
tahyul, seharusnya takhayul
toge, seharusnya tauge
toke, seharusnya tauke
tauco, seharusnya taoco
pergedel, seharusnya perkedel
Qur'an, seharusnya Quran
Qurani, seharusnya qurani
quorum, seharusnya kuorum
quota, seharusnya kuota
semeraut/sembraut, seharusnya semrawut
sunat atau sunnah, seharusnya sunah
tennis, seharusnya tenis
ummat, seharusnya umat
yunior, seharusnya junior
Demikian, terima kasih.
Sudah baca.
Kalau @abu.teuming sudah baca, ya baguslah. Tinggal diterapkan saja.
Biak Pak. Kalau tidak menerapkan, berarti sudah lupa apa yang pernah dibaca. Hehe
Luar biasa.
Ternyata selama ini saya juga sering keliru tentang penggunaan kata berahi yang sering saya tulis birahi.
Terima kasih untuk ilmu barunya, Pak. Sangat bermanfaat.
Gpp salah menulis berahi @nuryriana. Itu tak begitu mengkhawatirkan dibanding salah salur.
Berapa pun atau berapapun bang????
Mohon arahan.
Berapa pun yang benar karena pun di situ tak berkedudukan sebagai partikel, tapi justru bermakna juga (also kalau dalam bahasa Inggris).
Hanya kata-kata berikut ini yang penulisan pun-nya digabung:
Dalam EYD, partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluhinya, kecuali untuk kelompok yang lazim dianggap padu. Kata-kata tersebut adalah adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.
Di luar kata-kata tersebut tentu saja penulisannya dipisah alias tidak serangkai.
Niat saya bab ini akan saya bahas tersendiri di edisi berikutnya. Tapi karena sudah ditanyakan ya...saya posting sekarang saja. Hehe
Ooooo...begitu bang. Terima kasih sudah menjelaskan dengan rinci, meski niat awal ingin abang posting. Hehehehee
Wow.. luar biasa pencerahan hari ini. Alhamdulillah dapat ilmu lagi, terima kasih banyak atas masukannya. :)
Postingan Dokter @razack-pulo selalu menarik dan rapi bahasanya. Pengalaman pernah aktif di FLP sangat membantu. Saya hanya menyisir bagian-bagian kecil yang mungkin abai saat pengetikan. Di FAMe pun begitu cara kami memperkecil kesalahan ejaan. Semoga berkenan.
Terima kasih pak atas masukannya.
Sangat berkenan :)
Dari kata-kata yang diuraikan di atas, sering kita jumpai, bahkan di media bahkan buku sekalipun. Terima kasih paparannya, Pak.
Terima kasih, Pak Guru Yarmen 😊👍
Sama-sama @dyslexicmom. Semoga ke depan semua disleksia dan amnesia kebahasaan kita pulih.
Haha benar sekali, Pak. Para disleksik seperti Aini harus dekat-dekat Pak Guru Yarmen agar coping strategy-nya lebih mumpuni. Kalau kami melakukan kesalahan yang sama, agaknya jangan sungkan 'menjitak' dengan ulasan-ulasan yang bernas serupa di atas.
Sangat bermanfaat.
keren bang @yarmen-dinamika, terima kasih ilmunya.
Wah, alhamdulillah. Rupanya @dediiskandar sudah aktif di Steemit juga. Kita gapai kebahagiaan bersama di sini.
"begitu mantan senior saya di kantor pernah berucap"
Berulang kali fokus saya tertuju ke kalimat tersebut. 😁
Terima kasih telah menerangkan gelapnya cara berbahasa Indonesia kami.
Banyak banget dapat ilmu baru dari kata2 di atas pak. Makasih ya pak.😊