Air Mata Sahabat Adalah Ulahku Sendiri

in #indonesia6 years ago

image

Sources

"Aku mau makan ayam". Kubaca pesan singkat yang dikirimkan Linda pagi ini, aku tersenyum tipis dan segera membalasnya

"Ayo, abis dzuhur. Aku jemput". Balasku cepat

"Ternyata kamu wanita paling peka". Katanya lagi dengan emoticon menjulurkan lidah.

Aku tertawa, paham betul bagaimana sahabatku ini. Jika ia sedang menginginkan sesuatu, itu tandanya detik itu juga harus segera dituruti. Sahabat yang ku kenal sejak lima tahun lalu ini memang pecinta kuliner, anehnya meski ia sangat suka makan badannya tetap kurus. Sangat berbeda denganku, ketika napsu makanku naik, tentu saja berat badanku akan naik juga. Mungkin ada yang salah dengan tubuhku.

Aku menjemputnya seusai sholat dzuhur, perjalanan dari Batuphat ke Lhokseumawe kami tempuh kurang lebih dua puluh menit untuk sampai di restoran ayam geprek dengan kecepatan sedang. Berhubung aku sudah beberapa kali mengalami kecelakaan, jadi aku selalu berhati-hati untuk mengendarai motor dan tidak ngebut apalagi jika sedang tidak terburu-buru.

"Ayam geprek Gila dua, Es teh tawar dua". Ucapku pada pelayan yang ada di samping meja kami. Ia mencatat apa yang kuucapkan. Sambil tersenyum ia mengatakan untuk tunggu sebentar. Kami pun mengangguk.

Kami berdua memang sangat suka pedas, entah kenapa mulut kami seakan mati rasa meskipun memakan makanan yang dipenuhi dengan cabe rawit. Hanya merasa nikmat dan tentu saja sedikit kucuran keringat. Tapi, selalu dihabiskan tanpa tersisa sedikitpun kecuali tulang ayam yang masih ada dipiring

image
[Sources](Dokumen Pribadi)

Usai makan Linda memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang, memintaku untuk bercerita. Sebenarnya ia sudah tahu banyak hal tentang aku dan Farel, tapi ia hanya ingin mendengarkan keluh kesahku lagi. Aku mengulang ceritaku, tentang bagaimana aku dipatahkan. Aku bercerita sambil tertawa, mengatakan bahwa ia sudah berkomitmen dengan wanita lain dan akan segera menikah setelah menjalani hari-hari denganku selama kurang lebih lima tahun lamanya.

Ada guratan kesedihan diwajah Linda saat mendengar ceritaku, Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan dan ia mulai terisak.

"Udah, jangan nangis". Kataku sambil tertawa karena heran melihatnya tiba-tiba menangis, menahan sesak didadanya. "Aku udah bahagia sekarang, Linda". Lanjutku sambil terus menggodanya dengan tertawa, agar tak terbawa suasana yang membuatku hampir ambruk juga

"Aku tahu banyak laki-laki brengsek di dunia ini" Katanya sambil terisak. "Tapi, yang buat aku ngga nyangka adalah orang itu aku kenal, dan menyakiti sahabatku sendiri. Kenapa bisa? Kenapa tega?". Lanjutnya lagi

Aku terdiam dan ingin ikut menangis saat itu juga. Tapi, ku tahan sekuat tenaga agar tak terlihat lemah dimatanya. Menunjukkan bahwa aku adalah wanita yang kuat, dan tak ingin ia khawatir pada apa yang kurasakan. Aku mencoba menggodanya, dan mengatakan bahwa ia jelek jika sedang menangis dan akhirnya ia tertawa sedikit sambil mencoba mengusap sisa sisa air matanya. Aku tersenyum, meski hatiku terasa perih. Air matanya adalah bukti bahwa aku tak sendirian menghadapi hal berat ini. Ada tangan sahabat yang merangkulku, merasakan kepedihan yang aku rasakan meski tak penuh. Bagaimana mungkin aku tidak bersyukur?

Salam hangat,

@sfa

image

Sort:  

cukup sudah air mataku untuk mu,,hehe love ayam geprek edan😎

Hahahahhaa apasih bang puuu