Dari Teungku ke Ustaz 11:32

in #indonesia7 years ago

Pada siang hari ini saya akan melanjutkan mereview bab terakhir yang terdapat di dalam buku Acehnologi volume ketiga, yaitu bab 32 yang berjudul Dari Teungku ke Ustaz. Yang biasa kita ketahui bahwa pendidikan Islam di Aceh dikuasai oleh seorang Tengku. Sering pula kita jumpai bahwa Tengku terdapat di sebuah dayah-dayah dan Tengkulah sebagai penjaga masyarakat. Namun dapat kita lihat bahwa Tengku juga memainkan perannya di dalam bidang politik, contoh dalam hal politik yaitu beberapa partai sering ketika mengunjungi masyarakat untuk memberitahukan visi misinya dengan membawa seorang Tengku. Karena Tengkulah yang mempunyai kekuatan yang kuat untuk dapat masyarakat percayai. Tengku sering dijumpai di perkampungan, dayah atau pesantren dan merupakan kelompok ulama lokal.

Sedangkan Ustaz adalah seorang guru, yang merupakan alumni pesantren-pesantren di pulau Jawa. Sebutan Ustaz saat ini sering kita dengar di dalam media sosial, dimana para Ustaz memainkan perannya sebagai juru dakwah. Berbeda dengan Teungku, ketika konflik di Aceh banyak sebutan Teungku itu digunakan oleh anggota GAM yang telah dikenal dalam persoalan-persoalan agama. Namun, saya sendiri memanggil guru ngaji saya dengan sebutan Teungku, saya tidak tahu dari mana sebutan itu, namun ketika saya mulai masuk ke dalam pengajian tersebut saya melihat semua orang memanggil beliau dengan sebutan Teungku, bahkan masyarakat sekitar juga memanggil dengan sebutan itu. Yang saya ketahui bahwa Tengku saya menuntut ilmu di salah satu pesantren yang terdapat di Aceh. Namun adakalanya bapak-bapak yang seumuran dengan Tengku memanggil beliau dengan sebutan Guree.

Masyarakat Aceh memanggil Abu dengan sebutan Teungku Chik yaitu seseorang yang biasanya menjadi Kapala dayah. Yang bertugas untuk memberlakukan kurikulum dan metodologi yang dipakai oleh pendidikan dayah, terlebih dari itu, Abu Chik berperan tidak hanya di dayah namun juga memimpin spiritual bagi masyarakat. Abu Chik salah seorang yang sangat dihargai di dalam masyarakat maupun di dalam pemerintahan. Itu dapat dilihat bahwa Abu Chik sering diundang oleh pemerintah, untuk menghadiri acara-acara yang dibuat baik sebagai tamu terhormat maupun sebagai perwakilan di dalam masyarakat. Teungku bekerja dibawah Abu Chik sebagai Teungku Bale. Tengku balee dan Ustaz memiliki peran yang sama jika dilihat dari dayah modern, Teungku balee jika diartikan di dalam bahasa Indonesia berarti Tengku balai, yaitu Tengku balee mengajarkan pendidikan Islam kepada muridnya di sebuah balai di dayah.
imagehttps://www.google.co.id/search?q=dayah&client=ucweb-b-bookmark&biw=360&bih=640&tbm=isch&oq=dayah&gs_l=mobile-heirloom-serp.3..0l5.10869.16782.0.17560.24.14.0.2.2.4.559.2749.0j7j3j0j1j1.12.0....0...1c.1.34.mobile-heirloom-serp..17.7.936.VLN3XjHsY3k#mhpiv=6&spf=1527061153324

Terlepas dari itu semua, terdapat satu sebutan Teungku, yaitu Teungku di luar dayah. Artinya, jika Teungku Aceh pergi ke daerah luar Aceh maka akan dipanggil Teungku Aceh walaupun saat itu tidak berada di Aceh, namun panggilan itu berawal karena Teungku tersebut berasal dari Aceh. Mengenai sosok Ustaz dapat kita temukan disalah satu pesantren di Aceh Utara, sosok-sosok Ustaz ini masih sangat muda, dan mereka dikirim dari pulau Jawa setelah kejadian Tsunami pada tahun 2004 silam. Selain sebagai guru, Ustad juga memiliki peran lain yaitu sebagai imam shalat ketika berjama'ah. Terdapat hal yang cukup serius di dalam bab ini, yaitu hal yang berkaitan dengan kesinambungan sistem pendidikan tradisional. Ini akan menjadikan peran dayah di dalam masyarakat menurun, hal itu disebabkan karena orang tua lebih memilih menyambungkan pendidikan anak mereka ke perguruan tinggi, yang bertujuan agar anak mereka dapat memiliki pekerjaan yang tinggi dengan adanya gelar S1 atau S2. Padahal terdapat pekerjaan yang mengutamakan alumni yang berasal dari dayah atau pesantren, yaitu kepolisian atau pun sebagainya.

Hanya ini yang dapat saya bahas, semoga bermanfaat bagi para pembaca, terima kasih telah mengikuti dan membaca review saya dari awal sampai akhir. Tunggu postingan saya selanjutnya mengenai etnografi.