Sabtu di minggu lalu. Aku kembali mengikuti kegiatan menulis mingguan yang senantiasa dilaksanakan secara gratis oleh FAMe (Forum Aceh Menulis) Chapter Lhokseumawe. Masih berlokasi di tempat yang sama, yakni Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe . pada kesempatan kali ini kami beruntung karena bisa bertemu langsung dan sharing asik bareng Konsulat Amerika, Mr. Juha Salin.
Bersama dengan pihak Konsulat Amerika yang berada di Medan. Mr. Juha menyampaikan beberapa hal penting terkait Amerika secara umum dan beberapa hal spesifik yang cukup menarik untuk kembali dituangkan lewat tulisan ini. Diantaranya mengenai how American moslem spend their time as a moslem there. Especially Ramadhan time. Dan sharing kilat soal beasiswa pertukaran pelajar maupun pemuda ke Amerika Serikat di ujung pembahasan. Ini menarik, karena setelah mendengar paparan beliau tentang bagaimana muslim Amerika selaku minoritas hidup dan berkembang di sana. Kami ditawarkan untuk mencoba melihat sendiri secara nyata kehidupan di sana. Salah satunya dengan mencoba beberapa program study or youth exchange yang telah ada.
Lewat sharing yang berlangsung lebih kurang selama dua jam lebih tersebut. Aku pribadi mendapat banyak pengetahuan dan informasi baru terkait Amerika. Khususnya umat muslim di sana yang hanya berjumlah 3,5 juta jiwa. Atau setara dengan 1,1 % dari total keseluruhan penduduk Amerika. Jelas angka tersebut menunjukkan bahwa muslim merupakan komunitas minoritas. Namun nyatanya hal tersebut tidak membuat mereka menjadi kaum yang terpinggirkan. Terbukti dari bagaimana mereka mendapatkan kebebasan sebagai warga negara yang sama dengan warga negara non muslim lainnya. Tak ada marginalisasi maupun sikap-sikap menganaktirikan. Baik dari pemerintah maupun masyarakatnya. Setidaknya demikianlah yang dapat kutangkap dari paparan Mr, Juha.
But, for your information guys semua yang dipaparkan tersebut tidak cuma kata-kata atau omong kosong belaka. Karena Mr. Juha turut menunjukkan beberapa bukti keharmonisan yang terjalin lewat beberapa foto. Diantaranya potret kebersamaan warga muslim Amerika yang tengah menikmati kudapan berbuka puasa bersama para non muslim di gereja. Bahkan ada pula kaum Yahudi yang turut mengadakan acara buka bersama bagi kaum muslim di Texas. Selain itu terlihat pula bagaimana suasana hari raya di sana lewat beberapa foto. Seperti 25.000 muslim Amerika yang melaksanakan sholat eid di salah satu stadion di Chicago. Poster-poster perayaan dan sebagainya.
(Dokumentasi dari rakan FAMe)
Mr. Juha kemudian mengatakan bahwa fenomena-fenomena tersebut merupakan suatu hal yang biasa di Amerika. Kerukunan antar agama dianggap suatu bentuk solidaritas antar sesama umat manusia. Agama dianggap sebagai bagian dari ranah privacy sehingga diharapkan tidak bercampur dengan kebijakan-kebijakan yang berlaku. Terkhusus mengenai bagaimana pemerintah mengambil sikap dalam mengatur hubungan antara warganya. Termasuk nasib muslim Amerika.
Namun kemudian di akhir sesi. Banyak diantara kami selaku participant beramai-ramai mengajukan pertanyaan. Bagaimana tidak, isu yang dibahas kali ini merupakan isu yang sangat berkaitan dengan situasi faktual hari ini. Maka pertanyaan-pertanyaan seperti, lantas bagaimana dengan berita terkait seorang wanita berjilbab di Amerika yang diserang. Atau mungkin perihal kebijakan pemimpin Amerika yang terkesan antipati terhadap kaum muslim. Salah satunya yang terwujud lewat penolakan visa dari beberapa negara muslim.
(Dokumentasi dari rakan FAMe)
Mr. Juha dengan segala kemampuannya mencoba menjelaskan mengenai bagaimana peristiwa penyerangan tersebut terjadi. Benar adanya, namun beliau mengatakan bahwa rakyat Amerika pun mengecam tindakan tersebut. Dan perihal sikap Amerika yang menolak visa dari beberapa negara muslim tersebut. Beliau mengatakan maksud sebenarnya dibalik kebijakan yang sempat menghebohkan dunia internasional itu. Meskipun bukan porsinya untuk menjawab namun Mr. Juha mencoba untuk menjelaskan alasan sebenarnya. Yakni bukan sepenuhnya menolak melainkan melakukan pemeriksaan lebih mendalam yang memakan waktu lebih lama. Sehingga visa dari negara-negara tersebut terkesan tak diterima. Lebih kurang begitulah yang kupahami.
(Foto bersama seluruh rakan FAMe dan Mr. Juha Salin)
Pembahasan agama sampai kapanpun akan menjadi topik sensitif sekaligus menarik untuk diperbincangkan. Namun kembali lagi, setelah berdiskusi. Apapun itu. Baiknya masing-masing pribadi kembali menilik secara teliti tentang yang mana baik dan tidak. Crosscheck informasi yang diperoleh tersebut dengan beberapa landasan terpercaya. Tak bisa sepenuhnya ditelan bulat-bulat. Apalagi di zaman penuh hoax hari ini. Jika tak cermat dalam memilah, maka bersiaplah tenggalam dalam kesesatan.
Mungkin hanya demikianlah yang dapat kubagikan dari sepotong perbincangan asik kami di sabtu kemarin. Satu pesan inti yang ingin kubagikan. Di manapun, siapapun anda, apapun latar belakang agamamu, sukumu. Tak ada yang mampu menafikkan bahwa kita semua sama. Sama-sama manusia. Manusia yang berfikir dan berbudaya. Jadi buat apa meributkan perpecahan kalau bersatu adalah sumber kedamaian?
Salam hangat
@putrianandass
Kerennn ayi lahhhh
Mantrap sekali put
Congratulations @putrianandass! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!