PERCAKAPAN PENIPU PADA TUHANNYA
Tuhan,
berapa kali sudah Kau mampir
entah rindu atau bukan
Kau memenuhi permintaanku
untuk melepas kenangan lama
aku masih ingat saat sembahyang
sekali dua perjumpaan
kita bertemu di altarMu
Kulihat beburung gereja mulai membuat sarang
untuk menidurkan anak anak puisi
yang lahir dari doa doa para pujangga
mereka tuliskan juga duri duri
pada sekuntum syair memujiMu
Aku tahu,
tak ada yang bisa Kau banggakan
dari isi kepala mereka
Engkau segala gala keindahan
muasal ide brilian
yang akan mereka tulis
tinggal ramuannya saja
entah sedikit rona senja
atau segenggam pendar bulan
jadilah puisi itu
untuk Kau nikmati
dalam secangkir kopi
malam ini.
Sedang aku,
hanya seorang penipu ulung
yang hanya bisa membayangkan
tidur lelap dibawah pohonan rimbun
saban waktu asyik menghitung dedaun
yang jatuh setelah melafadzkan namaMu
aku tak lihai menuliskan kata kata
dan tak juga pintar berpura pura pintar
Tapi, Tuhan
Engkau masih mau mampir
entah rindu atau bukan
untuk bertemu denganku
dan masih saja tak bosan
berbisik dalam sanubari
kalau Kau akan tetap singgah
selama cintaku tak punah.
Ah, Kau selalu saja asyik.
Lsm, 110119.
PDA.