Bireuen dan Sejarah Konggres Batee Kureng

in #indonesia7 years ago

Bireuen pernah menjadi salah satu basis Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Aceh. Pertemuan besar pernah digelar DII/TII Aceh dalam membentuk Negara Bagian Aceh (NBA) sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII). Pertemuan selama hampir dua pekan dengan seluruh tokoh DI/TII itu dinamai Konggres Batee Kureng.

Hasan Saleh dalam buku Mangapa Aceh Bergolak (1992) terbitan Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, mengungkapkan, kongres itu digelar pada 21 September 1955 bertepatan dengan milad (ulang tahun) kedua pemberontakan DI/TII Aceh. Tempat konggres dipilih di daerah Batee Kureng, sekitar 25 kilometer dari Blang Bladeh, Bireuen. Sebagai ketua panitia konggres ditunjuk TA Hasan dibantu Komandan Pangkalan di sana Tengku A Hamid.

Sekitar 500 orang tokoh Aceh masa itu terlibat dalam konggres ini. Berpuluh puluh hewan ternak disembelih untuk kenduri besar selama konggres berlangsung. Konggres dilakukan di tepi pantai yang indah yang telah dibersihkan oleh masyarakat. Jalan-jalan diberi nama. Pengaturan jaringan jalan meniru model Kota Sigli. Persiapan konggres itu dilakukan panitia selama tiga bulan.

Menariknya, ketika Hasan Saleh selaku Kepala Staf Operasi DI/TII Aceh bertanya kepada Teungku A Hamid selaku Komandan Pangkalan Batee Kureng, apakah acara konggres sebesar itu tidak akan tercium oleh pasukan TNI selaku tentara pemerintah. Ia menjawab, “Kami telah berhubungan dengan pihak lawan di Bireuen. Mereka berjanji tak akan mengganggu sampai konggres ini berakhir.”

hasan saleh.jpg
Hasan Saleh (berpeci) ketika kuliah di Al Azhar Mesir tahun 1974. Repro: Mengapa Aceh Bergolak

Hari pertama konggres diisi dengan acara pembukaan dan laporan dari TA Hasan selaku ketua panitia, kemudian dilanjutkan pidato politik oleh Teungku Muhammad Daod Beureueh.

Pada hari kedua konggres giliran Kepala Staf DI/TII Aceh, Tgk Hasan Aly yang menyampaikan laporan tentang segala sesuatu yang telah dua tahun dijalankan, sejak pemberontakan digelar. Laporan yang disampaikan sangat panjang, lengkap dan terperinci. Laporan kepala staf itu kemudian ditanggapi oleh para peserta di sore hari.

Hari ketiga konggres diisi dengan penyampaikan laporan dari setiap daerah tentang seluk beluk pemberontakan. Hari keempat dan kelima digunakan untuk rapat khusus yang hanya dihadiri oleh 100 orang tokoh DI/TII Aceh. Rapat ini melahirkan status Negara Bagian Aceh (NBA) sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII). Sementara hari keenam tidak ada kegiatan karena bertepatan dengan hari Jumat.

Pada hari ketujuh dan kedelapan rapat dilanjutkan dengan penyusunan rumusan oleh kalangan elit (tokoh) DI/TII Aceh. hari kesembilan konggres dibuka lagi dimulai dengan proklamasi Negara Bagian Aceh yang dibaca dengan khidmat. Setelah itu dilakukan pemilihan dan pengangkatan anggota kabinet, serta penunjukan anggota legislatif dan Majelis Syura yang lebih 100 orang.

Anggota legislatif Negara Bagian Aceh yang sudah ditunjuk itu kemudian bersidang membentuk kelengkapan dewan. Secara aklamasi terpilih Tgk Amir Husin Al Mujahid sebagai Ketua 1, AR Hasyim sebagai Ketua 2, dan Ayah Hamid sebagai Ketua III. Sementara Majelis Syura memilih Tgk Muhammad Daod Beureueh sebagai Wali Negara yang kemudian dilantik oleh Ketua Majelis Syura di lapangan terbuka. Usai pelantikan Abu Daod Beureueh menyampaikan pidato politiknya di hadapan peserta konggres dan msyarakat yang hadir.

abu beureueeh1.jpg
Hasan Ali, Abu Daod Beureueh dan Hasan Saleh. Repro: Mengapa Aceh Bergolak

Setelah makan siang dilanjutkan dengan pelantikan angota kabinet. Susunan kabinet yang dilantik adalah Tgk Hasan Aly sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Dalam Negeri, Husin Yusuf sebagai Menteri Pertahanan/Kemanan, Abdul Gani Mutiara sebagai Menteri Penerangan, TA Hasan sebagai Menteri Keuangan/Kesehatan, T Amin sebagai Menteri Ekonomi, Tgk Harun sebagai Menteri Sosial, Tgk Yusuf Beurawang sebagai Menteri Perhubungan, Tgk Zainal Abidin Tiro sebagai Menteri Kehakiman, M Aly Kasim sebagai Menteri Pendidikan.

Usai pelantikan anggota kabinet, Tgk Muhammad Daod Beureueh, Tgk Indrapuri dan Tgk Umar Tiro memberikan petuah dan nasihet kepada anggota kabinet secara bergiliran. Pada hari kesepuluh konggres Batee Kureng ditutup. Sementara pada malam kesebelas diadakan rapat umum untuk menyambut diproklamirnya Negara Bagian Aceh.

Dalam rapat umum sampai tengah malam itu berpidato Ketua Majelis Syura, Wali Negara, dan Perdana Menteri. Konggres Batee Kureng ini begitu terkenal Komando DI/TII Aceh di sana juga dinamai Komando Batalion Batee Kureng. Ayah Hamid sebagai komandannya terkenal dengan julukan Abdul Hamid Batee Kureng.

Sort:  

Bang kaoy, saya menarik beberapa kalimat terakhir alinea ketiga, "meniru model kota Sigli" sedemikian majukah peradaban Sigli pada masa itu ?

Begitu ditulis Hasan Saleh dalam bukunya, mungkin karena banyak tokoh DI/TII masa itu dari Sigli kali yaa. Gak dijelaskan mengapa desainya mengambil sket kota Sigli.

soal jalan meniru sigli.jpg

Terima kasih bg... Informasi yg sangat berguna dari kecil saya sering diceritakan oleh kakek saya mengenai DI TII.. Dan saya mengenal beberapa pelaku sejarah yg masih ada sampai sekarang

Sama-sama, semoga kita bisa terus berbagai informasi dan sejarah

Gampong lon tuan

Gampong penuh sejarah ya