Studi Religi Aceh

in #indonesia7 years ago

Pada kesempatan kali ini saya akan mereview kembali lanjutan pada buku yang sama yaitu buku Acehnologi karya Prof. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Ph. D. Pada bab 20 tentang Studi Religi Aceh.
Dalam literatur bahasa melayu dan Indonesia, istilah agama memang sudah lazim di gunakan, bahkan di Indonesia sudah diperkenalkan suatu istilah khusus yaitu "agama Jawa" yaitu menjelaskan tentang sistem agama Jawa. Dalam tradisi Aceh istilah kenduri sering di ibaratkan dengan kenduri hidup dan kenduri mati, jenis pertama merujuk kenduri yang bersifat untuk kehidupan dan ada pun yang kedua di hubungkan dengan kenduri kematian. Dalam tradisi kenduri nuansa islam memang sangat kental sekali sejak mulai kelahiran hingga pasca meninggal dunia.

Dasar pengetahuan di Aceh juga dilandaskan pada kosmologi islam, dasar bangunan kebudayaan juga tidak terlepas dari nilai-nilai yang terkandung di dalam islam, akibatnya islam telah membungkus aceh di dalam satu kesatuan yang utuh dan holistik. Perasaan orang aceh sebagai bangsa yang berkeyakinan islam dan telah memberikan kontribusi penting di Nusantara telah di coba hilangkan secara perlahan-lahan, sejarah berdirinya kerajaan Malaka sangat ditentukan oleh keberadaan islam yang di bawa oleh ulama/Raja dari samudera pasai.

Di dalam konteks kesejarahan, islam datang ke aceh bukanlah merupakan hasil peperangan namun islam datang ke aceh dibawa oleh ulama dan para pedagang sementara proses islamisasi di Jawa berlangsung sampai bertahun-tahun sehingga islam dapat dijadikan sebagai kekuatan utama. Berbagai teori mengenai kedatangan islam ke pulo Ruja memang tidak jauh berkisar pada masa-masa kehidupan Rasulullah atau pasca kewafatan Beliau yang menyiratkan bahwa adanya keturunan keturunan dari garis Arabia yang kemudian menjadi Sultan di Peureulak.

Maka struktur masyarakat yang terbangun saat ini adalah islam menjiwai atau menjadi spirit bagi aktifitas perdagangan kekuasaan dan tradisi ilmu yang di kembangkan, kemunculan kerajaan islam telah menancapkan ekspansi politik kerajaan ini, tidak hanya di Pulau Sumatera tetapi juga sampai ke semenanjung Tanah Melayu. Persoalan yang tampak dalam kajian islam di Aceh adalah dari islam sebagai hasrat relegius ke islam sebagai spirit dalam aktifitas politik, perdagangan, dan ilmu pengetahuan, islam uang datang dari Jazirah Arab datang sebagai sistem keyakinan yang tuntas dan total.

Studi islamologi lebih banyak ke sisi pemikiran, maka di pulau Jawa berbagai model pemikiran di dalam islam di tampung, sebaliknya islamologi di aceh cenderung ingin membentuk masyarakat yang beramal sholeh walaupun situasi sosial dan budaya yang terekayasa terkadang tidak mendukung dari tujuan kesalehan yang ingin di bentuk, karena itu masyarakat di aceh lebih di arahkan untuk implementasi ajaran islam. Di Aceh tidak ada ruang untuk pemikiran-pemikiran yang di pandang di luar kelaziman sebagaimana yang diyakini dan di amalkan oleh sebagian masyarakat Aceh, inilah salah satu penyebab mengapa studi islam tidak begitu diminati oleh para generasi muda di Aceh.

Tradisi islamologi di aceh mulai di benturkan antara pemimpin dan ulama, saat itu rekayasa masyarakat di Aceh tidak lagi di lakukan secara kekuatan politik melainkan melalui pendekatan budaya ilmu yang berada di luar struktur pemerintahan. Masyarakat ilmu di aceh kemudian memandang bahwa perasaan nasionalisme di Aceh tidak dapat di satukan dengan perasaan nasionalisme ke indonesia-an, Masyarakat ilmu menciptakan masyarakat separatis, konsep kemasyarakatan separatis di tanamkan di Aceh sejak tahun 1953 hingga hari ini.

Dalam tradisi Aceh, islam dan budaya telah menjadi dasar yang kuat namun, budaya kontemporer di Aceh belum begitu memiliki fondasi yang kuat untuk menopang identitas Aceh, dengan nama besar dan latar belakang sejarahnya, karna kesenyawaan aceh dan budaya belum mampu menghasilkan suatu konsep yang ideal mengenai bentuk masyarakat aceh.