Saya mengutip tulisan Sejarawan Banjar yakni Drs. M. Idwar Saleh mengenai pembahasan Beberapa Aspek Kebudayaan Banjar Sebagai Kebudayaan Sungai dengan karya buku beliau "SEKILAS MENGENAI DAERAH BANJAR DAN KEBUDAYAAN SUNGAINYA SAMPAI DENGAN AKHIR ABAD-19". Tinggi kebudayaannya berarti hebat pengaruh batin dan kesaktian yang dimiliki. Ini adalah orang-orang kaburiat, "Sasak Dada" atau dada penuh dengan ilmu, kebal terhadap segala pukulan besi dan sihir. Jadi kebudayaan disini ditafsir secara terbatas sekali dalam garis-garis yang khusus pula, baik putih maupun hitam sifatnya.Pengaruh air dari kebudayaan sungai Banjar ini dapat diikuti kembali dari nama-nama sungai, desa, kota sampai jauh di pedalaman. Semua ini menunjukkan terdapatnya proses perkembangan geomorfologi yang luas sekali di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Ratusan kilometer di pedalaman kita temukan kota-kota Kuala Kurun, Tumbang Lahong, Muara Tewe. Semua kata-kata kuala, tumbang (ngaju) dan muara menunjukkan kota-kota ini dulu asalnya bandar, ketika laut masih di bawah Muara Tewe. Sekarang di dekat laut terdapat Kuala Pembuang, Kuala Kapuas, Muara Bahan di daerah Hulu Sungai dan Barito ditemukan desa Tanjung Jawa, Muara Tarus, Muara Muning. Muara Rampiau, Pantai Hambawang dan Lokpaikat (teluk). Di dalam dan di sekitar kota Banjarmasin terdapat nama-nama tempat seperti Lokbaintan (teluk), Teluk Tiram, Teluk Sungai Bilu Laut, Alalak dan sebagainya.
I quote the words of Banjar Historian Drs. M. Idwar Saleh on the discussion of Some Aspects of Banjar Culture as a Culture of the River with the work of his book "A GLANCE OF THE REGION OF BANJAR AND CULTURAL CULTURE TO THE END-19 END". High culture means great inner influence and supernatural powers. These are the people of kaburiat, "Sasak Dada" or chest full of knowledge, immune to all the blows of iron and magic. So the culture here is interpreted very limited in specific lines, either white or black nature. The influence of water from the Banjar river culture can be followed from the names of rivers, villages, towns to far inland. All this shows the existence of a vast geomorphological process of development in the areas of South Kalimantan and Central Kalimantan. Hundreds of kilometers in the interior we find the cities of Kuala Kurun, Tumbang Lahong, Muara Tewe. All the words kuala, tumbang (ngaju) and estuary show these cities used to be a city, when the sea is still under Muara Tewe. Now near the sea there are Kuala Pembuang, Kuala Kapuas, Muara Materials in Hulu Sungai and Barito areas found in Tanjung Java, Muara Tarus, Muara Muning. Muara Rampiau, Hambawang Beach and Lokpaikat (bay). In and around the city of Banjarmasin there are names of places such as Lokbaintan (bay), Oyster Bay, Bilu Sea Bay Sea, Alalak and so on.