Foto, poster jejak Rasulullah Muhammad Saw dan riwayat singkat hidupnya. Sumber terpercaya.
"Hanya perempuan yang mengerti agama, yang mau menerima pinangan lelaki meski sudah mempunyai istri." Kata seorang teman saya bernama Majid. Dia seorang pria miskin yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pengangkut barang. Konon, ia sanggup mempersunting tiga orang gadis.
Alasannya sangat kuat. Suatu sore kami bertemu di sebuah warung kopi. Dia sedang berbuka puasa dengan keluarganya, istri dan dua orang anaknya. Tapi, kali ini aku melihat dia dengaj perempuan yang berbeda. Sekali waktu kami pernah berjumpa di pasar pagi di suatu tempat yang berbeda pula dengan istri yang berbeda.
Aku dengan Majid adalah teman minum kopi di warkop siang malam. Memang ia sedikit pendiam. Namun di balik pendiamnya Majid ia mempunyai rahasia besar dalam soal perkawinan. "Yang penting bahagia, dan tidak ribut-ribut!" Ujarnya.
"Kok bisa ya kamu kembali mendapatkan perempuan lain, aku saja susah dapatinnya, gimana kamu bisa. Mau di Poligami lagi?" Tanyaku penasaran, sambil menunggu jawaban darinya.
"Gampang, kita ajarkan dia sunnah-sunnah Rasulullah," jelas Majid. Majid termasuk lelaki taat beragama. Dan dia berkata, bahwa "Rasulullah saja punya empat belas perempuan."
Dalam keadaan seperti itu Majid terus bercerita. Sedangkan aku mendengarnya dengan saksama apa yang dijelaskannya. "Soal nafkah, bagaimana tanyaku?" "Coba kamu buka kitab Iantudthalibin, dan sekaligus membacanya. Berapa Liter ukuran nafkah yang ditentukan dalam hukum Islam selama sehari!" Pintanya.
"Berapa memangnya?" Tanyaku.
"Sekitaran satu are Literlah taksirannya. Jika kau bandingkah dengan penghasilan sekarang kan cuma Rp.15000 saja, katakanlah Rp.50.000. Kalau sehari gajimu Rp.200.000, apa tidak bisa punya istri dua, apalagi untuk syiar Islam!" Jelas Majid terbata-bata dan sesekali menghisap rokok di mulutnya.
"BENAR juga... !" Batinku. "Sangat logis,"
Sejenak pikiranku menjalar. Apa yang dikatakan Majid tidak salah sama sekali, bahkan Rasulullah pernah hidup dengan Khatijah dalam keadaan demikian, sederhana dan berdagang, bermodalkan pemberian Khatijah. Dan selagi Rasullullah hidup dengaj Aisyah semua tanpa kendala.
"Hei, apa yang kau pikirkan?" Tanya Majid mengejutkanku.
"Tidak, aku sedang membayangkan keadaan zaman sekarang. Perempuan maju berkembang, tapi jauh dari peradaban Islam. Padahal mereka adalah budak yang diselamatkan Nabi Muhammad."
"Nah, itulah jawabannya kenapa aku poligami. Kau tahu perempuan itu pemalu. Jadi, bukan mereka tidak mau, tapi buanglah rasa malu itu pada mereka!" Dan akhirnya aku pun sore itu berpisah dengannya.
Setelah lima tahun tak bertemu. Suatu ketika saya sedang berjalan dengan istri kedua saya. Majid sangat kenal dengan istri pertama saya. Melihatku ia terkagum-kagum. Sambil mendorong gerobaknya ia berkata, "semoga Islam rahmatanlilalamin dengan pejuang-pejuang perempuan, yang mengerti realita dunia seperti Rasulullah, Hebat! sanggup empat belas." Katanya sambil berlalu.